Teuku Panglima Polem IX: Asal-usul dan berjuang Perang melawan Penjajahan Belanda di Aceh

Oplus_0

Foto: Camat Kuta Cot Glie : Bersama unsur Muspika setempat,melakukan Ziarah Makam PahlawanTeuku Panglima Polem dalam rangka memperingati HUT. ke 79 Republik Indonesia. Di Desa (Gampong) Lamsie, Kec Kuta Cot Glie Kab Aceh Besar, Jumat (16/8/2024).

Banda Aceh, Deteksi Pos – Camat Kuta Cot Glie Zulkifli, S. Sos. Beserta muspika Ziarah ke Makam Pahlawan Teuku Panglima Polem. Hal itu dilakukan guna penghormatan kepada Arwah pahlawan. Pantauan, Asatuonline.id di lokasi acara Upacara Hut RI Ke-79 dipimpin langsung oleh Camat Zulkifli, S. Sos.

Dilanjutkan dengan penaburan bunga sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Teuku Panglima Polem yang telah berjasa memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang kita cintai Bersama. Salah satu keturunan bangsawan Aceh.

Turut hadir saat Upacara dan Ziarah serta tabur bunga yaitu Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, keuchik, Kapolsek, Babinsa, serta masyarakat sekitarnya.

Diketahui, Keteladananya dalam perjuangan Teuku Panglima Polem sebagai berikut:

Teuku Panglima Polem IX adalah sosok yang memiliki keteladanan,ia diangkat sebagai Panglima Polem IX pada tahun 1891 untuk mengantikan ayahnya. Selama perjuangannya melawan penjajah, ia dikenal pantang menyerah dan terus berusaha walaupun dalam keadaan mendesak. Pejuang Teuku Panglima Polem,ia berjuang melawan penjajahan Belanda di Aceh Bersama dengan Teuku Umar.

Riwayat singkat tentang Teuku Panglima Polem:

Teuku Panglima Polem memiliki nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud. Merupakan keturunan Bangsawan. Masyarakat sekitar itu memanggilnya Namanya Ampon Chiek pada masa itu. Ayahnya adalah panglima Polem VIII Raja Kuala yang merupakan anak Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Aripin atau Cut Banta (panglima Polem VII (1845-1879).

Mahmud Arifin, kakek Panglima polem, merupakan Panglima Sagoei Mukim Aceh Besar. Pada Januari tahub 1891, Teuku Panglima Polem di angkat menjadi Panglima polem IX setelah ia menikah dengan putri dari Tuangku Hasyim Banta Muda.

Ia diangkat menjadi Panglima Polem IX menganti ayahnya yang meninggal dunia. Setelah ia di angkat,Panglima Polem mewarisi gelar: Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Waziral Azmi. Pada saat itu, Belanda yang menjajah Indonesia sedang berusaha untuk menaklukkan Aceh.

Sebelumnya, Teuku Umar pura-pura meyerahkan diri ke Belanda,karena pada masa itu Teuku Umar tidak memiliki senjata yang lengkap untuk berperang melawan Belanda.

Setelah mendapatkan senjata dari Belanda lalu Teuku Umar menyerangkan Kembali Belanda Bersama dengan Panglima Polem. Pada tahun 1897, Teuku Panglima Polem Bersama pasukannya terlibat pertempuran yang begitu sengit dengan Belanda di Wilayah Selimuem.

Dalam pertempuran tersebut,Belanda berhasil mengusai tiga Benteng pertahanan yang sebelumnya di bangun oleh Teuku Panglima Polem Bersama pasukanya.

Setelah kekalahanya pada pertempuran di wilayah Selimuem, Teuku Panglima Polem kemudian bertemu dengan Sultan Aceh yang bernama Muhammad Daudsyah. Pada tahun 1898, Teuku Panglima Polem Bersama Teuku Umar di hadapan Sultan bersumpah setia terhadap Sultan Aceh Bersama-sama melawan penjajahan Belanda di Aceh.

Lalu pada tahun : 1901, Panglima Polem Bersama Teuku Umar dan Sultan Daudsyah menyingkirkan ke Gayo (Aceh Tengah) untuk di jadikan pusat pertahanan dan Menyusun serta mempersiapkan strategi melawan Belanda.

Perdamaian dengan Penjajah Belanda
Pertahanan yang di buat di wilayah Aceh Tengah berhasil sangat baik,sehingga membuat Belanda saat itu menjadikan prustasi menghadapi pejuangan Aceh ,Belanda selalu gagal mengusainya di medan pertempuran.

Kemudian, Belanda melakukan siasat liciknya,dengan mencoba (memancing) menangkap ke luarga Raja Daudsyah dari Aceh. Belanda dengan cara kelicikan mereka serta dengan maksud jahatnya dendam membara terhadap perjuangan Aceh, strateginya menangkap keluarga Raja Daudsyah.

Belanda akhrinya berhasil menangkap isterinya Sultan yang bernama Teungku Putroe di glumpang Payang.Selain itu Belanda juga menangkap Isteri Sultan lainya yang bernama Pocut Cot Murong dan juga putra Sultan di Lam meulo, Belanda kemudian memaksa Sultan Daudsyah untuk menyerah diri dan berdamai dengan Belanda, tutup Camat.

Penulis: Mar/Red

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *