Pemda  

Prevalensi Stunting di Bangka Tengah Turun 3 Persen, dari 21,2 Persen Jadi 18,2 Persen

Pangkalpinang, DeteksiPos – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama jajaran OPD pendukungnya hadir di Ruang Tanjung Pesona, Kantor Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Selasa (23/07/2024), untuk menerima hasil verifikasi dan validasi (verval) penilaian kinerja stunting selama semester I tahun 2024.

Acara yang digelar oleh Bappeda Provinsi Babel bersama BKKBN Babel ini merupakan forum koordinasi dan diskusi tentang stunting di Bangka Belitung. Dibuka oleh Yunan Helmi selaku Asisten III Bidang Administrasi Pemprov Babel, dilanjutkan arahan dari Nopian Andusti selaku Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI.

Dalam acara ini, TPPS Bangka Tengah yang diketuai Era Susanto diminta untuk memaparkan kiat sukses turunnya prevalensi stunting di Bangka Tengah. Berdasarkan data SKI 2023, Bangka Tengah mengalami penurunan prevalensi stunting dari 21,2% menjadi 18,2%, atau turun 3%. Secara umum, Bangka Tengah menjadi satu-satunya kabupaten di Bangka Belitung yang prevalensinya di bawah 20%.

“Saya melihat dan merasakan bahwa untuk stunting di Bangka Tengah ini bukan hanya 1 atau 2 OPD saja yang terlibat. Bahkan dari tingkat kabupaten hingga desa dan dusun, kami ke lapangan, melihat kondisi anak-anak, mengusahakan apa yang bisa dilakukan untuk ibu atau anak (dengan resiko stunting) ini,” ujar Era yang merupakan Wakil Bupati Bangka Tengah ini.

Era mengutarakan bahwa apa yang dicapai tim Bangka Tengah ini belum maksimal dan belum pantas berbangga diri, melainkan menjadi motivasi agar kedepannya semakin baik lagi.

“Belum pantas rasanya untuk berbangga diri, masih banyak yang harus diperbaiki dan diperjuangkan. Juga kalau dikatakan maksimal, ini belum maksimal, karena mungkin saja yang belum terdata juga ada,” katanya.

Era menganggap pola asuh dan intelektualitas orang tua memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak.

“Semuanya memiliki pengaruh dan salah satunya pola asuh. Kita harus perbaiki juga pola asuh dari orang tua,” imbuhnya.

Paparan narasumber yakni perwakilan BPKP Provinsi Babel, perwakilan Dinkes Babel, dan Bappeda Babel, menyebutkan memang ada beberapa pekerjaan rumah yang harus menjadi perhatian bersama.

“Diantaranya kurangnya penetapan indikator kinerja pemda terkait stunting, masih adanya pernikahan usia anak dan rendahnya tingkat pendidikan, juga rendahnya anggaran untuk adanya pendidikan pola asuh,” ujar moderator, Kepala BKKBN Provinsi Babel, Mhd. Irzal.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *