Foto : Ilustrasi
Oleh Nazwar*
Jakarta, Deteksi Pos – Pembaca yang budiman, baik Anda yang muda maupun dewasa, mari kita renungkan: generasi saat ini dikenal penuh kreativitas. Teknologi canggih, akses informasi yang mudah, dan berbagai fasilitas modern memberikan peluang luar biasa untuk mengaktualisasikan diri. Namun, di balik itu semua, ada ancaman nyata—terlena, kehilangan arah, dan menjadi generasi pasif yang hanya “ikut arus.” Jangan sampai kita menjadi bagian dari generasi seperti itu. Berikut tiga prinsip penting untuk menjaga hidup tetap bermakna:
Tuhan Adalah yang Utama
Di tengah derasnya arus modernisasi, sering kali pesan spiritual terlupakan. Orang zaman dulu sering menekankan pentingnya mengingat Tuhan dalam setiap langkah hidup, meskipun caranya sederhana. Namun kini, pesan itu kadang terselubung dalam ungkapan-ungkapan dangkal seperti, “Untung ada nenekku yang selalu mengingatkan,” atau iklan dengan pesan moral samar.
Padahal, memulai, menghadapi kegagalan, hingga meraih keberhasilan harus selalu dilandasi rasa syukur kepada Tuhan. Tanpa kesadaran ini, langkah kita bisa tersesat jauh dari nilai kebenaran. Menempatkan Tuhan sebagai prioritas bukan hanya klise, melainkan kunci untuk hidup yang lebih terarah dan selamat. Jadi, jangan lupa: Tuhan adalah pusat segala hal, teman-teman!
Jadilah Cerdas, Jangan Hanya Kreatif
Kreativitas tanpa kecerdasan adalah kehampaan. Di era sekarang, banyak yang terjebak dalam “kreativitas instan” tanpa memikirkan dampaknya. Maka, penting untuk menggabungkan kreativitas dengan kecerdasan dalam bertindak, terutama dalam pergaulan dan pengambilan keputusan.
Langkah awal menjadi cerdas adalah dengan merencanakan hidup dan menetapkan prioritas. Ketika Tuhan menjadi landasan, segala tindakan akan lebih berhati-hati dan terarah. Orang cerdas tidak hanya berpikir untuk hari ini, tetapi juga memahami tujuan hidup jangka panjang. Jangan biarkan hidup terbuang percuma karena kelalaian. Hidup ini singkat, gunakan dengan bijak!
Lawan Kemalasan, Kejar Produktivitas
Musuh terbesar zaman ini adalah kemalasan—kemalasan untuk berubah, untuk berkembang, dan untuk berbuat baik. Waktu yang dihabiskan untuk hal-hal sia-sia adalah investasi yang merugi. Sebaliknya, semangat untuk melakukan kebaikan adalah jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Jangan tunggu besok untuk berubah. Biasakan diri untuk segera bertindak dalam kebaikan. Malas hanya akan menjauhkan kita dari potensi terbaik yang Tuhan berikan. Ingat, kuncinya adalah mengutamakan Tuhan, berpikir cerdas, dan tidak pernah menunda hal baik.
Generasi hebat adalah generasi yang mengutamakan Tuhan, cerdas dalam berpikir, dan tidak pernah malas untuk hal-hal positif. Jangan sampai kita terlena oleh kenyamanan era modern yang justru melemahkan jiwa. Mulailah menjadi generasi yang aktif, produktif, dan bermanfaat.
Saatnya bertanya pada diri sendiri: apakah langkah kita sudah sesuai tujuan hidup? Jangan tunda perubahan. Wujudkan generasi yang kuat, bermakna, dan penuh kontribusi mulai hari ini! (*)