Penutupan Muktamar Sufi Internasional Menghasilkan 4 Rekomendasi

Suasana Muktanar Sufi Internasional (Foto : Deteksipos)

Pekalongan, Deteksi Pos – Muktamar Sufi Internasional di Pekalongan, Jawa Tengah, telah berakhir dengan pengumuman empat rekomendasi signifikan. Konferensi ini dihadiri oleh 57 ulama dari 31 negara dan membahas isu-isu seperti Pendidikan Tasawuf, Peran Sufi dalam Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan, Media dan Pembentukan Opini Publik, serta Peran Utama Sufi dalam Membangun Manusia dan Peradaban.

Laporan dari HS. Makin Rahmat, yang meliput Muktamar Sufi Internasional, menjelaskan bahwa empat rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Tasawuf dan Pengaruhnya dalam Menyucikan Jiwa.
2. Peran dan partisipasi kaum Sufi dalam Membangun Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan.
3. Media dan Pembentukan Opini Publik.
4. Peran Utama Sufi dalam Membangun Manusia dan Peradaban.

Syeikh Muhammad Riyadh Bazo dari Lebanon, yang merupakan juru bicara konferensi, menyatakan bahwa rekomendasi-rekomendasi tersebut akan dijalankan melalui kajian, telaah, program, dan implementasi untuk mendorong peradaban manusia yang berkelanjutan dalam komunitas sufi global.

Muktamar ini diawali oleh pembukaan yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo di Gedung Sahid International Convention Center (SICC) Pekalongan, dengan harapan konferensi ini akan menjadi landasan yang kuat dalam menghadapi tantangan dunia global.

World Sufi Assembly (WSA) telah mengadakan konferensi ini untuk pertama kalinya setelah terbentuknya organisasi ini pada tahun 2019. Pembentukan Majelis Sufi Dunia ini merupakan hasil rekomendasi dari berbagai konferensi internasional yang diinisiasi oleh Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya sejak tahun 2016. Pada rapat pembentukan WSA tahun 2019, para ulama sufi dunia sepakat mengangkat Maulana Habib Lutfi sebagai Ketua Umum atau Rais Amm WSA.

Konferensi ini bertujuan untuk menyelidiki pendidikan berbasis tasawuf dan dampaknya terhadap perkembangan karakter peserta didik, mengulas kontribusi tasawuf terhadap reformasi sosial dan ekonomi serta pembangunan berkelanjutan, merumuskan strategi integrasi nilai-nilai tasawuf dalam media massa dan pembentukan opini publik, serta meningkatkan peran utama tasawuf dalam pembangunan manusia dan peradaban.

Selain itu, juga ada seruan perdamaian dunia dengan menekankan pentingnya dialog dan musyawarah untuk kemaslahatan umat dan kedaulatan negara dalam menghadapi masalah besar di Yerusalem Palestina dan di berbagai belahan dunia. Konferensi dihadiri oleh deretan ulama terkemuka seperti Syeikh Dr. Muhammad Al-Syuhumi Al-Idrisy (Libya), Syeikh Muhammad Riyadh Bazo (Lebanon), Syeikh Dr. Yusri Jabr (Mesir), Syeikh Dr. Usama Sayyid Al-Azhari (Mesir), Syeikh Dr. Ibrahim Niyas (Senegal), Syeikh Christoper Sulaiman (Prancis), Syeikh Ahmad Al-Tijani (Ghana), dan banyak lainnya.

Tak hanya itu, perwakilan dari beberapa pesantren dan ribuan peserta yang berasal dari pengikut tarekat di Indonesia juga turut hadir dalam konferensi ini di bawah naungan Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (Jatman). Tema besar konferensi yang diadakan di Hotel Santika Pekalongan adalah Agenda Kerja Sufi Kontemporer di Era Yang Dinamis. Lebih dari 47 makalah disajikan selama tiga hari oleh berbagai narasumber. (mn)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *