Pangkalpinang, Deteksi Pos— Laut tak hanya menyimpan keindahan, tetapi juga keberlanjutan hidup jutaan orang. Memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut, PT Timah Tbk terus menggencarkan program reklamasi laut secara berkelanjutan sejak 2016.
Melalui berbagai kegiatan seperti penenggelaman artificial reef, penanaman mangrove, restocking cumi dan kepiting, serta pemantauan kualitas air, PT Timah menunjukkan komitmen nyata dalam merawat laut di wilayah operasionalnya, yakni di Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau.
Sejak 2016 hingga 2024, PT Timah telah menenggelamkan lebih dari 7.000 artificial reef, ribuan fish shelter, dan melakukan restocking lebih dari 40.000 cumi di perairan Bangka Belitung. Di Kepulauan Riau, perusahaan turut memasang penahan abrasi sepanjang 2.360 meter dan menanam mangrove seluas hampir 13 hektar.
Kegiatan ini tak hanya dilakukan sendiri. PT Timah berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Yayasan Sayang Babel Kite, kelompok nelayan, dan pemerintah daerah. Ketua Yayasan Sayang Babel Kite, Indra Ambalika Syari, bahkan menyebut program reklamasi laut PT Timah sebagai yang pertama diterapkan di Indonesia dalam konteks industri pertambangan.
“Artificial reef yang ditenggelamkan sudah menjadi habitat baru bagi biota laut. Bahkan bisa jadi destinasi wisata bahari,” ujar Indra, yang juga dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung.
Manfaat reklamasi laut ini langsung dirasakan nelayan, seperti Rispandi dari Desa Tanjung Kubu. “Dulu sehari dapat 10 kg ikan, sekarang bisa sampai 50 kg. Tidak perlu melaut jauh lagi karena ikan berkumpul di fish shelter,” katanya.
Menurut Anggi Siahaan, Departement Head Corporate Communication PT Timah Tbk, reklamasi laut adalah langkah strategis untuk menjaga ekosistem dan juga memberi dampak ekonomi masyarakat.
“Ke depan, program ini juga akan dikembangkan untuk mendukung wisata bawah laut,” ungkap Anggi.